Selasa, 02 Maret 2010

Gimana sih Kalau mau nikah ma Orang Gorontalo?

Bloggers sejati, pada postingan kali ini,kami akan membahas tata terib pernikahan orang Gorontalo,heheh...jadi bisa membantu anda yang tertarik dan ingin melamar gadis dan pemuda Gorontalo. Tulisan ini sengaja diposting untuk menghindari gegar budaya yang terjadi ketika telah menikah nanti.selamat membaca ^_^



Gorontalo merupakan salah satu provinsi di wilayah Republik Indonesia yang memanjang dari Timur ke Barat di Bagian Utara Pulau Sulawesi. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah, serta Teluk Tomini di sebelah selatan. Memiliki penduduk yang hampir seluruhnya memeluk agama Islam, sudah tentu adat istiadatnya sangat menjunjung tinggi kaidah-kaidah Islam.

Untuk itu ada semboyan yang selalu dipegang oleh masyrakat Gorontalo yaitu, ‘Adati hula hula Sareati – Sareati hula hula to Kitabullah’ yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah.

Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan bersendikan Islam. Termasuk adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami. Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah.

Tahapan pertama disebut Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau peminangan.

Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat Pembesar Negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria (Lundthu Dulango Layio) dan juru bicara utusan keluarga wanita (Lundthu Dulango Walato). Penyampaian maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah. Dalam Peminangan Adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan Mahar (Maharu) dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.

Pada waktu yang telah disepakati dalam acara Tolobalango maka prosesi selanjutnya adalah Depito Dutu (antar mahar) maupun antar harta yang terdiri dari 1 paket mahar, sebuah paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, sirih Kutannya, serta bermacam buah-buahan dan dilonggato atau bumbu dapur.

Semua hantaran ini dimuat dalam sebuah kendaraan yang didekorasi menyerupai perahu yang disebut Kola-Kola. Arak-arakan hantaran ini dibawa dari rumah Yiladiya (kediaman/ rumah raja) calon pengantin pria menuju rumah Yiladiya pengantin wanita diringi dengan gendering adat dan kelompok Tinilo diiringi tabuhan rebana melantunkan lagu tradisional Gorontalo yang sudah turun temurun, yang berisi sanjungan, himbauan dan doa keselamatan dalam hidup berumah tangga dunia dan akhirat.

Pada malam sehari sebelum Akad Nikah digelar serangkaian acara Mopotilandthu (malam pertunangan). Acara ini diawali dengan Khatam Qur’an, proses in bermakna bahwa calon mempelai wanita telah menamatkan/ menyelesaikan ngajinya dengan membaca ‘Wadhuha’ sampai surat Lahab. Dilanjutkan dengan Molapi Saronde yaitu tarian yang dibawakan oleh calon mempelai pria dan ayah atau wali laki-laki. Tarian ini menggunakan sehelai selendang. Ayah dan calon mempelai pria secara bergantian menarikannya, sedangkan sang calon mempelai wanita memperhatikan dari kejauhan atau dari kamar.
Bagi calon mempelai pria ini merupakan sarana Molile Huali (menengok atau mengintip calon istrinya), dengan tarian ini calon mempelai pria mecuri-curi pandang untuk melihat calonnya. Saronde dimulai dengan ditandai pemukulan rebana diiringi dengan lagu Tulunani yang disusun syair-syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa-doa untuk keselamatan.

Lalu sang calon mempelai wanita ditemani pendamping menampilkan tarian tradisional Tidi Daa tau Tidi Loilodiya. Tarian ini menggambarkan keberanian dan keyakinan menghadapi badai yang akan terjadi kelak biila berumah tangga. Usai menarikan Tarian Tidi, calon mempelai wanita dudukkembali ke pelaminan dan calon mempelai pria dan rombongan pemangku adat beserta keluarga kembali ke rumahnya.
Keesokan harinya Pemangku Adat melaksanakan Akad Nikah, sebagai acara puncak dimana kedua mempelai akan disatukan dalan ikatan pernikahan yang sah menurut Syariat Islam. Dengan cara setengah berjongkok mempelai pria dan penghulu mengikrarkan Ijab Kabul dan mas kawin yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga. Acara ini selanjutnya ditutup dengan doa sebagai tanda syukur atas kelacaran acara penikahan ini.

Tips:
Bagi anda yang berencana menikah dengan adat Bone Bolango, Gorontalo sebaiknya untuk yang wanita harus pandai mengaji Al-Qur’an dan menari Tidi sedangkan untuk yang pria harus bisa membawakan tari Molapi Saronde. Dan yang tertarik mempelajari kebudayaan Gorontalo bisa datang ke TMII atau membuka situs resmi pemerintah daerah Gorontalo.

Tidak ada komentar: